Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor pertanian tetap menjadi kontributor penting dalam kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2024. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa total nilai ekspor produk pertanian mencapai US$5,71 miliar atau sekitar Rp 96,04 triliun (kurs US$1=16.820). Dari angka ini, sebagian besar disumbangkan oleh tanaman tahunan, khususnya kopi dan buah-buahan tropis yang terus diminati pasar global.
Tak bisa dimungkiri, kopi masih menjadi raja ekspor pertanian Indonesia. Dengan nilai ekspor mencapai US$1,62 miliar, kopi mencatatkan posisi teratas sebagai komoditas pertanian dengan nilai ekspor tertinggi pada 2024. Permintaan global yang stabil, terutama dari pasar Eropa dan Amerika Serikat, menjadi pendorong utama tingginya ekspor kopi Indonesia.
Selain itu, tren kopi spesialti dan kopi organik semakin diminati, membuat harga jual kopi Indonesia lebih kompetitif dibanding negara produsen lain seperti Brasil dan Vietnam. Meski demikian, tantangan tetap ada, mulai dari ketergantungan pada cuaca hingga fluktuasi harga di pasar global.
Di posisi kedua, buah-buahan tahunan mencatat ekspor senilai US$580 juta. Durian, manggis, dan pisang menjadi primadona ekspor ke China, Malaysia, dan Singapura. Meningkatnya kesadaran konsumen global terhadap manfaat kesehatan dari buah tropis menjadi salah satu faktor utama yang mendongkrak permintaan.
Indonesia sendiri telah memperluas akses pasar ekspor dengan menerapkan sertifikasi keamanan pangan dan memenuhi standar internasional, sehingga semakin banyak negara tertarik mengimpor buah-buahan dari Tanah Air.
Tak hanya kopi dan buah, rempah-rempah Indonesia masih menjadi komoditas ekspor unggulan. Tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah menyumbang US$425 juta, sementara cengkeh menghasilkan US$319 juta.
Cengkeh banyak diekspor ke negara-negara penghasil rokok kretek, seperti Brasil dan India, sedangkan lada hitam dan lada putih dengan total ekspor lebih dari US$280 juta banyak dikirim ke Eropa dan Timur Tengah.
Di sektor industri, karet alam dan biji kakao tetap menjadi komoditas ekspor penting, dengan nilai ekspor US$469 juta dan US$80 juta. Permintaan karet untuk industri otomotif dan kesehatan tetap kuat, meski persaingan dari Thailand dan Malaysia cukup ketat.
Sementara itu, biji kakao yang banyak dipasok ke industri cokelat global menunjukkan peningkatan ekspor, didorong oleh naiknya konsumsi cokelat premium yang membutuhkan bahan baku berkualitas tinggi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)