Pesawat Jatuh Saat Aerobatik, Pilot Jet Tempur Pertama TNI Gugur

5 hours ago 4
Naskah ini bagian dari CNBC Insight, menyajikan ulasan sejarah untuk menjelaskan kondisi masa kini lewat relevansinya di masa lalu.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah akhirnya mendapat lampu hijau untuk membeli jet tempur asal China, Chengdu J-10C. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa telah menyetujui alokasi dana sekitar US$9 miliar atau setara Rp146 triliun guna memperkuat armada TNI Angkatan Udara (TNI AU) dengan alutsista modern ini.

Di balik deretan jet tempur canggih yang kini dimiliki Indonesia, tentu saja harus ada pilot handal di baliknya. Terkait ini, ada kisah menarik tentang pilot jet tempur pertama RI yang ternyata nasibnya harus berakhir tragis karena tewas ketika aksi aerobatik.

Nama pilot tersebut adalah Mulyono. Dia awalnya berprofesi sebagai masinis, tetapi ketertarikannya pada dunia dirgantara membuatnya masuk Sekolah Penerbangan di Malang pada 1945 dan pindah ke Sekolah Penerbangan Maguwo di Yogyakarta. Sekolah yang terakhir disebut kelak berubah nama menjadi Akademi Angkatan Udara (AAU).

Kehadiran Mulyono di dunia penerbangan bertepatan dengan masa perang. Alhasil, dia pun diterjunkan dalam pertempuran udara, sekalipun statusnya masih siswa atau kadet. Menurut buku Awal kedirgantaraan di Indonesia: perjuangan AURI 1945-1950 (2008), Mulyono sempat melakukan serangan udara di Semarang terhadap pasukan Belanda tahun 1947 yang jadi aksi udara pertama Angkatan Udara RI (AURI)

Mulyono kemudian praktis menjadi pilot tempur pertama AURI. Dia membawa pesawat bom, Guntai, dan berhasil membumihanguskan lokasi-lokasi strategis milik Belanda. Selain itu, dia juga ditugaskan menerbangkan pesawat untuk membawa logistik bagi para pejuang.

Ketika situasi sudah selesai, Mulyono ditugaskan di berbagai daerah dan diberi kesempatan menempuh pendidikan penerbangan di berbagai negara. Kesempatan ini diberi karena pria kelahiran Kediri ini dikenal sebagai sosok yang pandai. Saat terbang, dia mampu bermanuver "menggocek" pesawat tempur musuh dan berhasil mengenai target secara mulus.

Sayang, kariernya tak berjalan lama dan berakhir pada 12 April 1951 pukul 17.30. Kala itu, Mulyono sedang berada di Surabaya untuk melakukan aksi aerobatik dalam rangka merayakan lima tahun AURI. Dia terbang menggunakan pesawat Mustang dan berada di paling depan memimpin penerbangan. 

Dalam aksinya, Mulyono banyak bermanuver. Dia membawa jet tempur turun-naik secara tajam. Menurut koran Pikiran Rakyat (14 April 1951), aksi itu membuat para penonton sangat terpukau. Apalagi usai pesawat yang dibawa Mulyono tiba-tiba mengeluarkan ledakan kecil yang mengeluarkan asap.

Para penonton mengira itu bagian dari pertunjukan. Padahal, itu awal bencana bagi pria berpangkat kapten tersebut. Pesawatnya langsung jatuh.

"Pesawat langsung menukik tajam secara cepat dari udara dan menujam ke tanah hingga motor (mesin) dan kokpit masuk ke tanah sedalam satu meter," tulis koran tersebut. 

Mulyono pun langsung gugur di tempat di usia yang masih sangat muda, yakni 28 tahun. AURI berduka dan bergegas memasang bendera setengah tiang. Jasad Mulyono kemudian dikebumikan di Taman Kusuma Bangsa, Surabaya. 


(mfa/mfa) Next Article Geger! Bersandar di Pintu, Pria Terkaya Dunia Tewas Jatuh dari Pesawat

Read Entire Article
Photo View |