Pasar Kripto Bergejolak, Simak Analisis dan Proyeksi Sepekan ke Depan

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar aset kripto menunjukkan pergerakan yang beragam dan penuh gejolak selama sepekan terakhir. Aset dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC), harus rela terkoreksi di tengah sentimen risk-off yang membayangi pasar keuangan global.

Di sisi lain, Ethereum (ETH) juga bergerak melawan arus selaras dan mencatatkan penurunan walaupun di tengah sempat mengalami penguatan. Sementara itu, Binance Coin (BNB) menyita perhatian setelah berhasil mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) sebelum akhirnya mengalami aksi ambil untung yang signifikan.

Berdasarkan data yang dihimpun per Minggu (19/10/2025), berikut adalah rangkuman kinerja tiga aset kripto utama selama periode 12-19 Oktober 2025, dan proyeksi potensi kemungkinan yang terjadi dalam waktu dekat serta dalam format timeframe jangka panjang.

Bitcoin (BTC): Tertekan Sentimen Makroekonomi Global

Sebagai pemimpin pasar, pergerakan Bitcoin sangat rentan terhadap perubahan sentimen makroekonomi dan geopolitik global. Dalam sepekan terakhir, tekanan tersebut terasa cukup kuat, menyebabkan harga BTC melemah.

Pada Minggu (12/10/2025), harga Bitcoin tercatat berada di level US$115.240. Namun, memasuki akhir pekan ini, Minggu (19/10/2025), harganya terkoreksi ke level sekitar Rp107.000. Pelemahan ini merefleksikan penurunan sekitar 7,15% dalam tujuh hari.

Pelemahan ini utamanya didorong oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap memanasnya kembali ketegangan geopolitik serta friksi perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Situasi ini mendorong investor untuk mengurangi eksposur pada aset-aset yang dianggap berisiko tinggi, termasuk aset kripto.

Analis pasar juga menyoroti adanya potensi pengujian level support psikologis baru bagi Bitcoin jika tekanan jual terus berlanjut.

Ethereum (ETH): Sentimen Positif dari Upgrade Jaringan

Berbeda dengan ekspektasi sebagian pelaku pasar, Ethereum ternyata tidak mampu membendung tekanan jual dan ikut tumbang bersama Bitcoin. Narasi positif seputar fundamental jaringan terbukti tidak cukup kuat untuk melawan sentimen makroekonomi yang negatif.

Harga ETH pada awal pekan, Sabtu (12/10/2025), ditutup di level US$4.142. Namun, seiring berjalannya pekan, harganya terus tergerus dan kini berada di kisaran US$3.889 pada Minggu (19/10/2025). Secara total, ETH mencatatkan pelemahan sekitar 6,1% selama sepekan, bergerak hampir seirama dengan Bitcoin.

Meskipun antusiasme pasar terhadap upgrade "Fusaka" yang dijadwalkan pada Desember 2025 masih ada, hal tersebut gagal menjadi katalis penopang harga dalam jangka pendek. Ini menunjukkan bahwa di tengah ketidakpastian global yang tinggi, korelasi Ethereum dengan Bitcoin dan pasar yang lebih luas masih sangat kuat.

BNB menjadi bintang utama dalam volatilitas pasar kripto sepekan ini. Pergerakannya dapat diibaratkan seperti roller coaster, diawali dengan lonjakan fantastis hingga mencetak rekor tertinggi baru, yang kemudian diikuti oleh aksi jual masif.

Pada Senin (13/10/2025), harga BNB meroket hingga mencapai level ATH barunya di kisaran US$1.375, atau setara dengan lebih dari Rp22,7 juta. Namun, euforia ini tidak bertahan lama. Sehari setelahnya, pada Selasa (14/10/2025), harga BNB anjlok signifikan hingga ~10% dalam kurun waktu kurang lebih 24 jam.

Meskipun terjadi koreksi tajam, harga BNB menunjukkan upaya pemulihan di sisa pekan. Dimulai dari level sekitar US$1.304 pada Minggu (12/10/2025), dan setelah melalui puncak dan lembahnya, harga BNB pada hari ini Minggu (19/10/2025) berada di kisaran US$1.085. Pergerakan dramatis ini menunjukkan tingginya aktivitas perdagangan dan spekulasi pada BNB, didorong oleh sentimen pasar yang berubah dengan cepat serta dinamika internal pada ekosistem BNB Smart Chain.

Outlook dan Level Teknis yang Perlu Dipantau

Dengan latar belakang sentimen makroekonomi yang cenderung negatif, prospek Bitcoin untuk pekan depan condong ke arah wait and see dengan bias ke arah tekanan lebih lanjut. Pelaku pasar akan sangat memperhatikan setiap rilis data ekonomi penting dari AS serta perkembangan lebih lanjut dari dinamika geopolitik, serta kasus regional bank di Amerika yang tengah terjadi, karena ditakutkan akan memberikan domino effect seperti yang terjadi oleh SVB pada 2023 silam.

Menggunakan sudut pandang yang berbeda, indikator dari BTCUSD/GOLD Stoch RSI saat ini mengindikasikan adanya sinyal menuju bottoming yang sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi terakhir kali di Januari hingga November 2022.

Ini mampu membentuk sinyal bearish apabila garis oranye dan garis biru turun di bawah kolom biru dan tidak mampu rebound secara bersamaan. Hal ini biasanya akan memberikan kejadian konsolidasi untuk menentukan pencarian harga bottom baru dan menjadikannya salah satu sinyal bottom harga Bitcoin pada cycle tersebut.

BTCGOLDFoto: BTCGOLD
BTCGOLD

Dari sisi teknikal jangka pendek, beberapa level harga menjadi krusial. Kemampuan Bitcoin untuk bertahan di atas level support terdekat akan menjadi ujian pertama. Jika tekanan jual terus berlanjut, tidak tertutup kemungkinan harga akan menguji kembali level support yang lebih rendah di sekitar US$100.000 dalam waktu dekat.

Sebaliknya, untuk membuka peluang kenaikan, Bitcoin perlu menembus kembali dan berkonsolidasi di atas level resistensi yang kini terbentuk di area US$109.000 - US$110.000.

Secara keseluruhan, pekan depan akan menjadi periode pengujian bagi ketahanan Bitcoin di tengah badai makroekonomi. Investor dan pelaku pasar disarankan untuk tetap waspada dan mencermati perkembangan sentimen global yang dinamis.

-

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(gls/luc)

Read Entire Article
Photo View |