Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian/ Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Amran Sulaiman menepis anggapan, kenaikan harga beras disebabkan oleh Perum Bulog yang terlalu banyak menyerap gabah petani. Dia menegaskan, kapasitas Bulog dalam menyerap gabah sebenarnya sangat kecil, hanya sekitar 8 persen dari total produksi nasional.
"Kemampuan Bulog (dalam menyerap gabah petani) hanya 8%. Ada ahli, ada pengamat yang selama ini mengatakan harga beras naik itu karena Bulog menyerap banyak," ujar Amran dalam acara Town Hall Meeting Satu Tahun Kemenko Pangan di Auditorium Graha Mandiri, Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Ia menilai, pandangan tersebut keliru dan tidak berdasarkan data yang sebenarnya. "Dia mengamati pakai rasa. Mengamati itu harusnya pakai rasio. Tahu yang diserap cuma 8%. 92% adalah swasta. Kita tidak bisa kendalikan," tegasnya.
Amran juga menyebut adanya kesalahpahaman dalam menilai peran Bulog dalam penyerapan gabah petani.
"Nah, ini salah paham, Pak Menko Pangan. Mereka selalu mengatakan harga beras naik karena Bulog menyerap banyak, sehingga harga naik. Tidak semuanya naik," ucap dia.
Surplus Beras Diserap Bulog
Pernyataan Amran ini menanggapi pandangan sejumlah pengamat pertanian yang sebelumnya menuding kebijakan Bulog menyerap gabah besar-besaran menyebabkan distorsi di pasar beras. Salah satunya disampaikan oleh Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Khudori yang menilai langkah Bulog tersebut membuat pasokan gabah ke penggilingan swasta berkurang drastis.
"Dengan Bulog wajib menyerap dalam bentuk gabah yang jumlahnya besar itu, sebagian besar surplus produksi itu diserap oleh Bulog, sementara penggilingan swasta itu hanya kebagian sisa-sisa. Mereka punya stok tapi tidak banyak, dan pasokan mereka ke pasar itu sudah jauh menurun dibandingkan situasi normal. Kira-kira hanya sepertiga sekarang," ujar Khudori dalam webinar PERHEPI, Senin (14/7/2025).
Khudori bahkan menyebut kondisi ini turut memicu inflasi, karena beras selama lima bulan terakhir menjadi penyumbang utama kenaikan harga. "Data BPS, dari sejak Januari awal tahun ini, beras sudah lima bulan menjadi penyumbang inflasi. Nah ini yang beberapa penggilingan yang sudah tidak kuat, menanggung kerugian dan berhenti berproduksi karena memang terlampau HET," katanya.
Ia menambahkan, langkah Bulog menahan stok justru menimbulkan ketidakseimbangan di pasar. "Sebetulnya tugas pemerintah kan bukan hanya memastikan stok, tapi juga mengendalikan harga. Nah, ketika stok itu hanya ditahan dan ditumpuk saja untuk memecahkan rekor, inilah yang terjadi," tukasnya.
Bahkan, lanjut Khudori, penggilingan besar pun ikut terdampak. "Ini bukan hanya penggilingan skala kecil, penggilingan menengah, penggilingan besar juga. Nah saya kira kalau tidak ada kebijakan yang segera dalam bentuk koreksi, ini akan terus banyak ya dampak yang menyusul," terang Khudori.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mentan Amran Bongkar dan Tunjuk Pelaku yang Bikin Harga Beras Naik