Krisis Baru Harga RAM Naik Gila-gilaan, Gerakan Boikot Menggema

6 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi harga RAM yang kacau terus memengaruhi industri PC. Menurut laporan baru, penjualan motherboard turun hingga 50% akibat krisis tersebut.

Situasi ini juga memicu para gamer menyerukan boikot RAM dengan harapan dapat meredakan keadaan, namun kenyataannya langkah itu kecil kemungkinan berhasil.

Kenaikan harga DDR5 telah berada di luar kendali. Media teknologi Jepang Gazlog melaporkan bahwa harga kit RAM 64GB kini lebih mahal dibandingkan konsol PlayStation 5 atau kartu grafis RTX 5070.

Kondisi ini membuat banyak toko mencabut harga tetap dari rak pajang DDR5, dan hanya mengikuti harga pasar yang berubah setiap hari, demikian dikutip dari TechSpot, Selasa (2/12/2025).

Selain itu, pengguna yang ingin meningkatkan performa PC dari sistem DDR4 atau versi lebih lama tidak punya pilihan lain selain membeli DDR5, yang kini harganya melambung.

Akibatnya, para produsen motherboard seperti Asus, MSI, dan Gigabyte terpaksa menurunkan target penjualan secara drastis.

Penjualan Motherboard Anjlok 40-50%

Menurut laporan Gazlog, tingginya harga RAM membuat penjualan motherboard merosot 40-50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini diperkirakan akan menular ke penurunan penjualan CPU dalam beberapa waktu ke depan.

Krisis ini bukan sekadar masalah pasokan konsumen. Sumber utama kenaikan harga adalah permintaan masif dari pusat data AI yang memborong DRAM untuk mendukung pembangunan infrastruktur komputasi mereka.

Permintaan yang ekstrem ini membuat kapasitas produksi masa depan sudah habis dibeli industri besar, meninggalkan sedikit ruang untuk pasar konsumen.

Di platform Reddit, mulai muncul seruan agar gamer memboikot pembelian RAM sebagai bentuk protes. Harapannya, produsen akan menurunkan harga apabila permintaan dari konsumen umum anjlok.

Namun analis menilai langkah ini hampir pasti tidak efektif. Mayoritas pendapatan produsen memori berasal dari sektor enterprise, industri, dan data center, bukan dari PC rumahan.

Selain itu, boikot massal jarang berhasil, seperti yang terlihat pada krisis kartu grafis saat masa pandemi. Selalu ada konsumen yang tetap membeli, dan scalper yang memanfaatkan kelangkaan.

Krisis RAM juga mulai merembet ke pasar kartu grafis. AMD kabarnya akan menaikkan harga GPU hingga 10%, sementara baik AMD maupun Nvidia dikabarkan tengah mempertimbangkan penghentian beberapa model low-end dan mid-range demi mengamankan margin.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Photo View |