Kenali Sebelum Terlambat, Ini Tanda Autisme pada Anak Sejak Dini

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Setiap orang tua tentu mengharapkan anaknya tumbuh sehat dan cerdas. Namun, ternyata gangguan spektrum autisme kerap menghantui para orang tua.

Psikolog sekaligus Ketua Yayasan Autisme Indonesia Dr. Adriana Soekandar Ginanjar mengatakan bahwa autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan perilaku akibat kelainan perkembangan saraf otak yang memengaruhi cara anak berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Istilah spektrum pada ASD merujuk pada gejala yang berbeda pada tiap anak. Secara umum, orang tua bisa mengamati ciri-ciri anak autis dari tiga aspek utama, yaitu dari keterampilan sosial atau interaksi, kemampuan komunikasi, dan perilaku.

"Ketika bicara autism, ada mereka yang bisa sampai tingkat universitas, mempunyai kemampuan intelegensia yang baik. Tapi ada juga yang hambatan bahasanya besar, punya masalah perilaku dan harus berada di sekolah khusus," kata dr. Adriana dalam Siaran Sehat Youtube Kemenkes RI dengan topik Autisme pada Anak, Kenali Sebelum Terlambat, Jumat (9/5/2025).

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa ASD dapat terjadi pada semua ras, suku bangsa, sosial, ekonomi, dan pendidikan. Autisme lebih banyak ditemukan pada laki-laki.

Gejala gangguan ini dapat mulai tampak sejak bayi, ataupun pada anak yang sebenarnya telah berkembang relatif normal tetapi kemudian perkembangannya menjadi berhenti atau mundur sebelum berusia tiga tahun.

Adapun ciri-ciri autisme yang penting untuk diperhatikan oleh orang tua, di antaranya hambatan dalam interaksi sosial. Anak dengan ASD akan kesulitan untuk memahami pesan dari lawan bicara dan juga nanti responsnya secara betul.

Menurutnya, ada anak-anak dengan ASD yang bicaranya lancar tapi misalnya hanya menghapal lagu. Anak penderita ASD juga enggan melakukan kontak mata dikarenakan mereka tidak merasa nyaman.

Selain itu, anak-anak dengan ASD terkadang memiliki minat yang berbeda dengan anak-anak seusianya. Hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan ketika berada di lingkungan teman-temannya.

"Kalau misalnya sejak kecil sangat suka membaca tentang perang dunia kedua. Jadi anak-anak masih bicara hal sederhana, tapi dia (anak dengan ASD) sudah sukanya perang dunia kedua," papar Adriana.

Tidak hanya itu, akhir-akhir ini baru disadari bahwa masalah sensorik juga menyebabkan hambatan dalam komunikasi dan interaksi sosial pada anak anak ASD.

Untuk anak ASD hipersensitif, mereka sangat terganggu dengan suara-suara. Mereka lebih asyik dan terlarut dalam dunia mereka sendiri, sehingga mengalami kesulitan terkoneksi dengan orang sekitar.

"Mereka juga lebih menunjukkan fokus dan ketertarikan terhadap satu bidang saja ketika belajar. Hal ini berasal dari kepekaan sensorik tinggi yang mereka miliki," paparnya.


(miq/miq)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Efek Domino Perang Dagang ke Bisnis Parfum Lokal

Read Entire Article
Photo View |