Iran dalam Mode Perang, Respons Tegas Ancaman Militer Trump

10 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Iran mengeluarkan tanggapan tajam atas pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Teheran dapat menderita konsekuensi militer yang signifikan jika kesepakatan nuklir tidak segera tercapai.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa AS tidak terlibat dalam aksi militer dan memilih diplomasi karena militer Iran berfungsi sebagai pencegah.

"Jika pihak lain-baik selama pembicaraan sebelumnya dengan P5+1 atau sekarang dengan Amerika Serikat-mampu menghancurkan fasilitas nuklir kami melalui cara militer, mereka akan melakukannya," kata Araghchi pada Kamis (15/5/2025), seperti dikutip Newsweek.

"Mereka datang ke meja perundingan karena mereka tidak dapat memaksakan keinginan mereka dengan kekerasan," tambahnya.

Pernyataan menteri luar negeri itu muncul saat Trump mengatakan AS "sangat dekat" untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran setelah Teheran "semacam" menyetujui persyaratan pemerintahan Trump.

Presiden Donald Trump sebelumnya mengatakan di Doha, Qatar, pada Kamis bahwa "Iran telah menyetujui persyaratan: Mereka tidak akan membuat, saya menyebutnya, dengan cara yang bersahabat, debu nuklir. Kami tidak akan membuat debu nuklir di Iran."

Beberapa jam setelah komentar Trump, Araghchi mengatakan kemampuan untuk memperkaya uranium adalah hak inti bagi Iran dan hak yang tidak akan dilepaskannya.

"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa membela hak nuklir Iran-termasuk pengayaan-merupakan prinsip dasar," kata Araghchi, sepeti dikutip Associated Press.

"Ini bukan sesuatu yang kami akui, baik dalam wacana publik maupun dalam negosiasi. Itu adalah hak yang dimiliki rakyat Iran, dan tidak seorang pun dapat merampasnya."

Washington dan Teheran telah terlibat dalam beberapa putaran pembicaraan sebagai bagian dari upaya AS untuk membuat Iran menghentikan ambisi nuklirnya. Iran bersikeras bahwa penimbunan uranium yang diperkayanya semata-mata untuk tujuan damai, tetapi AS, negara-negara Eropa, dan Israel telah menyuarakan kekhawatiran yang signifikan atas upaya Iran untuk mendapatkan senjata nuklir.

Isu ini menjadi pusat perhatian minggu ini, saat Trump mengunjungi Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam perjalanan luar negeri besar pertamanya sejak menjabat pada bulan Januari. Trump telah berulang kali mengimbau para pemimpin ketiga negara untuk membantu memfasilitasi perjanjian nuklir AS-Iran.

Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Baqeri, menyatakan bahwa kekuatan militer Republik Islam Iran berada pada "puncak kesiapan tempur dan intelijen". Ia juga memperingatkan bahwa meskipun musuh mungkin memulai konflik, Iran yang akan menentukan bagaimana dan di mana konflik itu akan berakhir.

"Nasihat kami kepada musuh-musuh yang kadang mengancam pemerintahan ini adalah: Anda mungkin memulai konflik dengan Republik Islam karena salah kalkulasi, tapi akhir, cara, waktu, lokasi, dan perkembangan di medan tempur tidak akan berada dalam kendali Anda. Republik Islam Iran-lah yang akan menentukannya," tuturnya.

Pernyataan ini dilaporkan oleh kantor berita resmi Iran, IRNA, menyusul selesainya putaran keempat negosiasi nuklir yang menegangkan antara Iran dan Amerika Serikat di Oman pada Minggu lalu. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam akan mengambil tindakan militer jika kesepakatan nuklir tidak segera tercapai.


(tfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran & AS Sepakat Lanjutkan Negosiasi Soal Nuklir

Next Article Pemimpin Tertinggi Iran Enggan Berunding dengan AS: "Tak Cerdas"

Read Entire Article
Photo View |