Harga Emas Turun 4 Hari Beruntun, Sinyal Bahaya untuk Investor?

14 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terus mengalami penurunan yang cukup dalam sepanjang pekan ini bersamaan dengan meredanya tensi perdagangan di global termasuk data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih relatif cukup kuat.

Dilansir dari Refinitiv, harga emas dunia mengalami penurunan pada penutupan perdagangan kemarin (2/5/2025) sebesar 0,21% di angka US$3.240/troy ons.

Merosotnya harga emas dunia ini telah terjadi selama empat hari beruntun atau sejak 29 April 2025.

Sementara secara mingguan, harga emas terkoreksi cukup dalam yakni 2,35%.

Dikutip dari The Economic Times, tergelincirnya harga emas dunia terjadi karena tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan dan laporan pekerjaan AS yang kuat mendorong investor menjauh dari logam mulia yang menjadi aset safe haven.

Harga emas terpuruk minggu ini terutama karena membaiknya sentimen pasar seputar perundingan perdagangan global. Pada hari Kamis, Presiden AS Donald Trump mengatakan kesepakatan perdagangan dengan India, Jepang, Korea Selatan, dan bahkan China sedang dibahas. Ia menyebutkan "ada peluang yang sangat bagus" untuk mencapai kesepakatan dengan Beijing.

Hal ini menyusul sebuah pesan di media sosial milik pemerintah China, yang mengklaim bahwa AS telah menghubungi China untuk memulai kembali diskusi seputar tarif tinggi Trump sebesar 145%. Tanda-tanda meredanya ketegangan ini mendorong investor untuk beralih kembali ke aset berisiko seperti saham, menarik uang dari emas.

Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, mengatakan,"Ada tanda-tanda kesepakatan perdagangan yang akan datang... perdagangan berisiko sedang berlangsung, yang mengarah pada aksi ambil untung dalam aset safe haven emas."

Tekanan makin bertambah karena pasar di China ditutup mulai 1 Mei hingga 5 Mei untuk merayakan Hari Buruh. Ini berarti aktivitas pembelian dari konsumen emas terbesar di dunia menurun.

TD Securities mencatat bahwa emas "tersedot ke dalam kekosongan likuiditas akibat liburan di China," yang selanjutnya mengurangi permintaan selama masa kritis ketika keyakinan pasar sedang bergeser.

Investor juga mencermati laporan penggajian nonpertanian AS yang dirilis pada hari Jumat. Perekonomian menambah 177.000 lapangan kerja pada bulan April, sedikit turun dari 185.000 pada bulan Maret (yang direvisi lebih rendah). Namun, angka tersebut mengalahkan perkiraan Reuters sebesar 130.000, yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang tetap lebih kuat dari yang diharapkan.

Meskipun data lapangan kerja ini bersifat retrospektif, hal itu membantu mendinginkan ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin akan memangkas suku bunga paling cepat pada bulan Juni. Akibatnya, imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun meningkat, yang cenderung mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev)

Read Entire Article
Photo View |