Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman buka suara terkait harga beras yang naik melampaui harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Apalagi, harga naik ketika stok tengah tinggi. Kata dia, ada pihak yang memainkan distribusi atau laporan stok secara sengaja, maka hal itu merupakan bentuk sabotase terhadap upaya pemerintah menjaga ketahanan pangan nasional.
"Sekarang pertanyaan saya, kenapa dikatakan hari ini stok di Cipinang kurang dan harga naik? Aku buka datanya, ternyata ada anomali. Ini harus diluruskan. Jangan seenaknya kita menyampaikan. Ini bisa sebagai sabotase pemerintah. Sabotase data karena ada kepentingan pribadi," katanya di Kementan, Selasa (3/6/2025).
Sementara itu, arus masuk dan keluar beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) cenderung stabil dan berimbang dengan rata-rata sirkulasi masuk-keluar beras sebesar 2.000-3.000 ton per hari. Namun muncul angka keluarnya 11.410 ton per hari yang merupakan lonjakan drastis dan memunculkan tanda tanya besar.
"Kemarin begitu mengatakan (harga beras) naik, aku cek. Sekarang tidak ada lagi alasan. Dulu ada alasannya, kalau stok Bulog kurang, impor. Apa mau minta impor dengan kondisi kita stok 4 juta ton? Dikeluarkan SPHP, apa jawabannya tadi? Untuk di blending, untuk dicampur dengan beras lokal, baru dijual mahal," ujar Amran.
Tercatat sebelumnya, stok beras di Food Station Tjipinang memiliki tren yang terus meningkat terlebih sejak tahun 2024 di kisaran 30 ribu hingga 40 ribuan ton. Bahkan di tahun 2025 mampu menembus di kisaran 50 ribu ton.
Ia mendorong Satuan Tugas Pangan dari Mabes Polri untuk menyelidiki langsung dan mengecek kebenaran dari data tersebut. Ia tidak ingin ada pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dan mencederai perjuangan pemerintah dan petani dalam menjaga produksi pangan dalam negeri.
"Artinya apa? Ada middleman yang mempermainkan. Inilah terkadang kita sebut mafia. Jangan mempermainkan, kita setengah mati ini berproduksi. Kita setengah mati bantu petani," ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Satgas Pangan, Helfi Assegaf, menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penyelidikan terhadap data keluar beras tersebut.
"Mereka ditanya tetapi tidak bisa menyampaikan barang itu kemana perginya, keluarnya dari kemana, tidak ada. Belum bisa disampaikan kepada kita. Kita akan lebih mendalami lagi data tersebut. Kalau ternyata tidak sesuai, artinya dia memanipulasi data," ujar Helmi.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Harga Beras Dunia Jatuh, Wamentan: Efek Indonesia Tak Impor Lagi
Next Article Video: Mentan Amran, Cetak Sawah & Target Ambisius Swasembada Pangan