Euforia Saham IPO Sukses Bangkitkan IHSG, Pesta Berlanjut Hari Ini?

10 hours ago 3
  • Pasar keuangan Indonesia kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau, rupiah dan IHSG menguat
  • Wall Street bergerak beragam di tengah kebingungan investor mengenai tarif Trump
  • Negoisasi dagang, perdagangan perdana saham COIN dan CDIA diperkirakan akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan Tanah Air akhirnya bergerak senada, baik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun rupiah sama-saham ditutup di zona penguatan. Di tengah hiruk piruk kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, pasar keuangan RI justru mampu perkasa.

Kini IHSG tengah berada di area konsolidasi usai keluar dari tren penurunan secara minor trend. Diperkirakan dalam sepekan ini pergerakan IHSG dan rupiah masih terbatas, namun di sepanjang Juli seharusnya IHSG mampu memulai trend bullish karena Presiden  Trump pada Senin telah menunda batas waktu tarifnya pada 9 Juli hingga 1 Agustus 2025.

Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4..

Pada perdagangan Selasa (8/7/2025), IHSG ditutup menguat 0,05% di level 6.904,39. Kenaikan ini menjadi penguatan IHSG selama dua hari beruntun.

Sebanyak 308 saham turun, 276 naik, dan 209 tidak bergerak. Nilai transaksi terbilang kembali ramai, yakni Rp10,7 triliun yang melibatkan 16,07 miliar saham dalam 1,07 juta kali transaksi. Sementara itu, kapitalisasi pasar nyaris tidak bergerak di level Rp 12.197,7 triliun.

Mengutip Refinitiv, ada 5 sektor yang berada di zona hijau, yaitu properti (2,62%), utilitas (2,34%), energi (1,21%), bahan baku (1,09%), dan industri (0,02%). Sisanya, finansial, konsumer primer, konsumer non-primer, kesehatan, dan teknologi berada di zona merah.

Sektor finansial berada di zona merah seiring dengan saham BBCA yang menjadi pemberat utama IHSG pada perdagangan kemarin. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyumbang -8,52 indeks poin terhadap penurunan IHSG.

Selain itu dua saham BUMN juga menambah beban IHSG untuk naik, yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) sebesar -6,84 indeks poin dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar -6,11 indeks poin.

Sementara itu, sejumlah saham konglomerat menjadi penopang utama IHSG, seperti dua saham Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang masing-masing menyumbang 6,76 indeks poin dan 5,7 indeks poin.

Adapun Anggota Dewan Komisioner OJK pengawas pasar modal Inarno Djajadi mengatakan IHSG masih dalam koreksi, seiring dengan arus modal asing masih deras ke luar dari pasar saham domestik.

Lesunya kinerja IHSG kuartal satu terjadi seiring derasnya aksi jual saham di pasar domestik. Inarno mengungkapkan aksi jual asing (non residence net sell) mencapai Rp8,38 triliun pada bulan Juni dan sejak awal tahun atau sepanjang semester pertama 2025 asing masih mencatatkan net sell Rp 53,57 triliun.

Berdasarkan data pasar, pada periode yang sama tahun lalu net sell asing tidak sampai 15% dari totalnet selltahun ini atau Rp 7,71 triliun.

Tekanan jual asing tahun ini utamanya terjadi pada empat saham bank jumbo. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi emiten dengan net sell asing terbesar sepanjang semester I-2025.

Asing membukukan net sell di saham BBCA senilai Rp 12,68 triliun. Padahal sepanjang Januari-Juni tahun lalu asing net buy Rp 1,64 triliun saham BBCA.

Ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan asing banyak meninggalkan saham perbankan seiring dengan ekspektasi pasar terhadap kinerja kuartal II-2025. "Sampai kuartal II-2025 kelihatannya masih lemah. Pertumbuhan kredit stagnan, laba juga stagnan, prospek pertumbuhan kita turun," katanya.

Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa (8/7/2025) ditutup pada posisi Rp 16.200/US$1 atau menguat 0,15%.

Pergerakan rupiah pada perdagangan kemarin cukup volatile, pada saat pembukaan perdagangan, rupiah sempat turun ke posisi Rp16.265/US$ atau koreksi 0,25%, setelah itu rupiah mulai bergerak naik sampai akhirnya ditutup menguat.

Pasar masih dibayang-bayangi oleh berita terbaru tentang tarif dagang AS yang baru saja diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Trump mengirimkan surat kepada beberapa negara termasuk Indonesia soal penetapan tarif terbaru. Yang mengejutkannya Indonesia dikenai tarif sebesar 32% yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 mendatang.

Hal ini berarti usaha pemerintah Indonesia selama 90 hari negosiasi dengan perwakilan Trump menjadi tidak ada artinya. Secara total terdapat 14 negara yang dikirmkan surat mengenai tarif terbaru ini.

Kekhawatiran atas dampak lanjutan dari kebijakan perdagangan unilateral dan potensi perlambatan ekonomi global membuat pelaku pasar cenderung bersikap wait and see, terutama dalam menyikapi pergerakan mata uang dan imbal hasil obligasi.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Selasa (8/7/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terpantau stagnan di level 6,564%. Pergerakan stagnan ini telah berangsur selama tiga hari perdagangan. Imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Photo View |