Bos NATO Buka-bukaan Rusia Mau Pasang Senjata Nuklir di Sini

23 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte memperingatkan kemungkinan besar bahwa Rusia tengah mempertimbangkan untuk menempatkan senjata nuklir di luar angkasa, sebuah langkah yang dinilainya dapat menimbulkan ancaman serius bagi keamanan global dan berdampak langsung terhadap kehidupan di Bumi.

Dalam wawancaranya dengan surat kabar Jerman, Welt am Sonntag, Rutte menyatakan bahwa intelijen NATO menunjukkan adanya kemungkinan Moskow akan menempatkan senjata pemusnah massal di orbit, yang mampu menghancurkan ratusan satelit hanya dalam satu serangan.

"Pengembangan senjata nuklir di luar angkasa merupakan cara bagi Rusia untuk meningkatkan kemampuan militernya. Ini sangat mengkhawatirkan," ujar Rutte, sebagaimana dikutip Newsweek, Minggu (13/4/2025).

Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran Barat terhadap retorika nuklir yang terus berkembang dari Moskow sejak Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022. Peningkatan aktivitas peluncuran satelit oleh Rusia dan juga China menambah urgensi dalam memantau keamanan luar angkasa.

"Kerusakan terhadap satelit-satelit di angkasa akan berdampak pada komunikasi global, sistem navigasi, pemantauan cuaca, hingga kegiatan ekonomi. Akibatnya bisa sangat katastrofik bagi umat manusia," tambah Rutte.

Rutte menyatakan bahwa sebagai respons atas tantangan keamanan yang kian kompleks di luar angkasa, negara-negara anggota NATO kini berbagi intelijen, membentuk komando luar angkasa nasional, dan mengembangkan teknologi satelit yang lebih kecil, lebih gesit, serta lebih terlindungi.

Langkah Rusia, jika terbukti benar, juga akan melanggar Perjanjian Luar Angkasa 1967 (Outer Space Treaty) yang disepakati oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perjanjian tersebut secara tegas melarang penempatan senjata pemusnah massal di orbit atau badan langit lainnya.

Namun, kurangnya mekanisme pengawasan yang efektif serta ketegangan geopolitik yang meningkat membuat pelanggaran semacam ini kian mungkin terjadi.

Peringatan dari Komando Luar Angkasa AS

Pada Mei 2024, Komando Luar Angkasa Amerika Serikat (U.S. Space Command) menyatakan bahwa salah satu satelit yang diluncurkan Rusia adalah senjata yang mampu menyerang satelit lain di orbit rendah Bumi (LEO).

Jenderal Stephen N. Whiting, Panglima Komando Luar Angkasa AS, memperkuat pernyataan tersebut dalam rapat Subkomite Angkatan Bersenjata Senat AS pada 26 Maret lalu.

"Militer kita memiliki pasukan tempur luar angkasa yang paling terlatih dan paling mampu di dunia," kata Whiting.

Ia menekankan bahwa selain Rusia, China juga merupakan saingan utama AS dalam hal dominasi luar angkasa. Beijing, kata Whiting, menargetkan untuk menyamai teknologi luar angkasa AS pada tahun 2030 dan menjadi kekuatan dominan pada tahun 2045.

"Jika mereka mencapai target ini, China akan mampu mengamankan klaim wilayah secara agresif dan memproyeksikan kekuatan mereka dari luar angkasa," tambahnya.

Whiting juga menyebut keunggulan AS di sektor luar angkasa bukan hanya karena kemampuan militer, tetapi juga berkat sektor swasta komersial yang sangat maju dan jaringan sekutu global yang kuat.

Walaupun NATO belum memberikan bukti publik mengenai upaya Rusia tersebut, kekhawatiran mereka menandakan bahwa perlombaan senjata di luar angkasa tidak lagi sekadar spekulasi ilmiah, tetapi realitas strategis baru.

Situasi ini menuntut respons internasional yang tegas, termasuk kemungkinan perjanjian baru atau mekanisme pengawasan yang lebih kuat terhadap aktivitas militer di luar angkasa.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Soal Nuklir, China & Rusia Dukung Iran

Next Article Viral Peta Serangan Nuklir Rusia Ke Inggris, Tewaskan Jutaan Orang

Read Entire Article
Photo View |