Bom! Trump Patok Tarif Baru untuk Produk Kayu Cs-Perang Dagang Memanas

4 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu ketegangan perdagangan global dengan memberlakukan tarif impor baru untuk produk kayu, furnitur, dan kabinet dapur mulai Selasa (14/10/2025). Kebijakan ini diperkirakan akan memperburuk tekanan pada sektor perumahan AS yang sudah terpukul oleh biaya konstruksi tinggi dan suku bunga hipotek yang mahal.

Menurut Gedung Putih, bea masuk baru tersebut diterapkan untuk melindungi industri dalam negeri dan kepentingan keamanan nasional, serta menjadi bagian dari rangkaian tarif sektoral yang telah digulirkan Trump sejak kembali ke Gedung Putih.

Langkah terbaru ini mencakup tarif 10% untuk kayu gergajian lunak (softwood lumber), serta tarif awal 25% untuk furnitur berlapis kain dan kabinet dapur. Namun, mulai 1 Januari tahun depan, beban pajak akan melonjak tajam. furnitur berlapis kain dikenai tarif 30%, sementara kabinet dapur dan meja rias (vanity) akan melonjak hingga 50%.

Tarif untuk produk kayu asal Inggris dibatasi maksimal 10%, sedangkan produk dari Uni Eropa dan Jepang dikenai batas hingga 15%. Ketiga mitra dagang itu dilaporkan telah mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Trump untuk menghindari tarif yang lebih berat.

Kebijakan baru ini langsung memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri konstruksi dan real estat. Ketua National Association of Home Builders (NAHB), Buddy Hughes, memperingatkan bahwa kebijakan tersebut akan memperparah kondisi pasar perumahan yang sudah sulit.

"Tarif baru ini akan menciptakan hambatan tambahan bagi pasar perumahan yang sudah menghadapi banyak tantangan dengan semakin meningkatnya biaya konstruksi dan renovasi," kata Hughes, dilansir AFP.

Pasar rumah di AS memang lesu dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat suku bunga hipotek yang tinggi dan ketersediaan rumah yang terbatas telah membuat harga rumah terus naik, mempersempit peluang bagi pembeli baru.

Dalam pengumumannya, Trump mengatakan bahwa Menteri Perdagangan AS menemukan bukti bahwa "produk kayu digunakan dalam fungsi penting bagi Departemen Perang, termasuk pembangunan infrastruktur untuk pengujian operasional."

Ia menambahkan bahwa produksi kayu dalam negeri AS "masih kurang berkembang," sehingga negara terlalu bergantung pada impor.

Namun Hughes menilai penggunaan alasan "keamanan nasional" dalam kebijakan itu tidak tepat.

"Memberlakukan tarif atas dasar 'keamanan nasional' mengabaikan pentingnya perumahan bagi keamanan fisik dan ekonomi seluruh rakyat Amerika," tegasnya.

Ia menyerukan agar pemerintah membuka kembali negosiasi untuk "menghapuskan tarif atas bahan bangunan."

Negara Terimbas

Negara yang paling terdampak oleh kebijakan baru ini adalah Kanada, yang merupakan pemasok utama kayu gergajian ke Amerika Serikat.

Tarif 10% yang baru diumumkan itu akan menambah beban bea anti-dumping dan subsidi yang sebelumnya sudah ditetapkan terhadap produk kayu Kanada, yang baru-baru ini digandakan menjadi 35%. Dengan demikian, total tarif untuk kayu Kanada kini mencapai 45%.

BC Lumber Trade Council, organisasi yang mewakili produsen kayu di provinsi British Columbia, menyebut langkah Trump sebagai kebijakan "keliru dan tidak perlu."

"Kebijakan ini akan menimbulkan tekanan yang tidak semestinya pada pasar Amerika Utara, mengancam lapangan kerja di kedua sisi perbatasan, dan membuat krisis pasokan perumahan di Amerika Serikat semakin sulit diatasi," ujar dewan tersebut dalam pernyataannya bulan lalu.

Menurut Stephen Brown, analis dari Capital Economics, sekitar 30% kayu yang digunakan di AS berasal dari impor. Ia memperkirakan bahwa tarif 10% dapat meningkatkan biaya pembangunan satu rumah rata-rata sebesar 2.200 dolar AS.

Brown juga menyoroti bahwa China, Vietnam, dan Meksiko merupakan tiga pemasok utama furnitur ke pasar Amerika Serikat.

"AS mendapatkan 27% impor furnitur dari China, hampir 20% dari Vietnam, dan sekitar 20% dari Meksiko," kata Brown kepada AFP.

Ia memperkirakan Vietnam akan terkena dampak paling besar, karena furnitur menyumbang sekitar 10% ekspor negara itu ke Amerika Serikat.

Sebagai perbandingan, kontribusi furnitur terhadap ekspor ke AS hanya 4% untuk China dan 2,5% untuk Meksiko.

Dasar Hukum

Adapun tarif baru ini diberlakukan di bawah Pasal 232 Undang-Undang Perluasan Perdagangan tahun 1962, dasar hukum yang sama digunakan Trump untuk memberlakukan tarif baja, aluminium, dan otomotif sebelumnya.

Produk-produk yang dikenai tarif sektoral khusus ini tidak akan dikenai tarif tambahan berdasarkan negara asal, yang dalam beberapa kasus nilainya bahkan lebih tinggi.

Namun, bagi banyak pelaku industri, kebijakan terbaru ini menambah ketidakpastian di tengah tingginya biaya bahan bangunan dan melemahnya daya beli masyarakat Amerika.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mendag & Pengusaha "Sepakat" Ekspor Furnitur-Kerajinan Tak Wajib SVLK

Read Entire Article
Photo View |