Banjir Menghantam Dunia 2025: Air Bah Datang dari Segala Arah

5 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang 2025, dunia dihadapkan pada rangkaian banjir besar dan bencana hidrometeorologi yang terjadi hampir tanpa jeda, mulai dari Amerika Latin, Asia, Afrika, hingga Australia.

Intensitas hujan ekstrem, badai tropis, sistem tekanan rendah, hingga lemahnya tata kelola lingkungan memperparah dampak yang dirasakan masyarakat global.

Bencana ini tak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga memaksa jutaan orang mengungsi, merusak infrastruktur vital, menghantam sektor pertanian, serta memperlihatkan tingginya kerentanan berbagai wilayah terhadap perubahan iklim.

Januari: Amerika Selatan, Indonesia, dan Australia Terpukul

Tahun dibuka dengan banjir Vale do Aço di Brasil pada Januari 2025 yang menewaskan 12 orang akibat gangguan atmosfer Zona Konvergensi Atlantik Selatan (ZCAS).

Di Indonesia, banjir besar dan longsor melanda Pekalongan, menewaskan sedikitnya 25 orang serta di Kalimantan. Sementara itu, banjir di Queensland, Australia, mengalami banjir berkepanjangan hingga April dengan total 33 korban jiwa.

Banjir di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, Sabtu (25/1/2025). (Dok. BPBD Kabupaten Kubu Raya)Foto: Banjir di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, Sabtu (25/1/2025). (Dok. BPBD Kabupaten Kubu Raya)
Banjir di Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat, Sabtu (25/1/2025). (Dok. BPBD Kabupaten Kubu Raya)

Foto udara menujukkan daerah yang terkena banjir di sekitar Townsville, Queensland. Australia, Minggu (2/2/2025). (REUTERS)Foto: Foto udara menujukkan daerah yang terkena banjir di sekitar Townsville, Queensland. Australia, Minggu (2/2/2025). (REUTERS)
Foto udara menujukkan daerah yang terkena banjir di sekitar Townsville, Queensland. Australia, Minggu (2/2/2025). (REUTERS)

Februari - Maret: Afrika dan Amerika Kian Rentan

Afrika turut mencatat tragedi besar, salah satunya banjir Botswana yang menewaskan sedikitnya tujuh orang dan memaksa ribuan warga mengungsi. Sementara itu, Amerika Serikat dilanda sistem badai kompleks yang memicu banjir besar di Kentucky, West Virginia, hingga East Coast.

Di Amerika Selatan, banjir Bahía Blanca (Argentina) dan banjir Bolivia pada Maret menyebabkan lebih dari 70 korban jiwa serta ratusan ribu keluarga terdampak akibat musim hujan berkepanjangan.

Foto yang disediakan oleh Kantor Sheriff Warren County, Ky., ini menunjukkan mobil yang terendam sebagian di luar Bowling Green, Ky., pada hari Sabtu, 15 Februari 2025. (Warren County Sheriff's Office via AP)Foto: Foto yang disediakan oleh Kantor Sheriff Warren County, Ky., ini menunjukkan mobil yang terendam sebagian di luar Bowling Green, Ky., pada hari Sabtu, 15 Februari 2025. (AP/)
Foto yang disediakan oleh Kantor Sheriff Warren County, Ky., ini menunjukkan mobil yang terendam sebagian di luar Bowling Green, Ky., pada hari Sabtu, 15 Februari 2025. (Warren County Sheriff's Office via AP)

April: Indonesia Berulang Kali Dikepung Banjir

Pada April 2025, banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia dengan dampak yang signifikan. Di Kabupaten Kampar, Riau, banjir berdampak pada 180 kepala keluarga, merendam 200 rumah, satu fasilitas ibadah, dan satu kantor desa.

Sementara itu, banjir di Kota Bandar Lampung menyebabkan tiga orang meninggal dunia akibat terseret arus, sebagaimana dikonfirmasi oleh BPBD Provinsi Lampung. Di Kelurahan Tamansari, Pulomerak, Banten, sebanyak 339 rumah terendam dan 1.017 jiwa terdampak.

Banjir juga terjadi di wilayah Kalimantan, Penajam Paser Utara mencatat terdapat 457 jiwa terdampak dari banjir yang merendam 141 rumah serta sejumlah fasilitas umum.

Kondisi paling parah terjadi di Kalimantan Tengah, khususnya Kabupaten Barito Utara dan Barito Selatan, dengan total lebih dari 50 ribu KK terdampak dan puluhan ribu rumah serta infrastruktur publik terendam. Selain itu, banjir di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, berdampak pada 4.246 KK, sementara Kota Pangkalpinang mencatat 447 KK terdampak yang tersebar di 12 kelurahan.

Banjir di PaserFoto: BNPB
Banjir di Paser

Mei: Banjir Mematikan di Afrika, Asia, dan Amerika

Memasuki Mei 2025, banjir besar melanda berbagai belahan dunia dengan dampak yang sangat serius. Tragedi terparah terjadi di Mokwa, Negara Bagian Niger, Nigeria. Banjir akibat hujan deras, jebolnya bendungan, runtuhnya tanggul rel kereta tua, buruknya sistem drainase, serta deforestasi menewaskan lebih dari 500 orang, melukai lebih dari 200 orang, dan menyebabkan lebih dari 600 orang hilang.

Kota Mokwa dilaporkan terendam hampir sepenuhnya, dengan lebih dari 4.000 rumah hancur, dua jembatan runtuh, jalan terputus, serta kerusakan besar pada infrastruktur penting, lahan pertanian, dan hasil panen warga.

Anak-anak bereaksi di dekat reruntuhan rumah yang ambruk menyusul banjir yang menewaskan 151 orang dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka di Mokwa, Negara Bagian Niger, Nigeria, 31 Mei 2025. (REUTERS/Stringer)Foto: Anak-anak bereaksi di dekat reruntuhan rumah yang ambruk menyusul banjir yang menewaskan 151 orang dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka di Mokwa, Negara Bagian Niger, Nigeria, 31 Mei 2025. (REUTERS/Stringer)
Anak-anak bereaksi di dekat reruntuhan rumah yang ambruk menyusul banjir yang menewaskan 151 orang dan memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka di Mokwa, Negara Bagian Niger, Nigeria, 31 Mei 2025. (REUTERS/Stringer)

Selain Afrika, banjir juga melanda Australia, Bangladesh, dan Amerika Serikat. Di New South Wales, Australia, banjir yang dipicu oleh stationary low pressure trough (Palung tekanan rendah stasioner) ini menyebabkan lima orang meninggal dunia di wilayah Mid North Coast, Hunter Valley, dan Central Coast.

Sementara itu, Bangladesh terdampak banjir luas akibat depresi tropis yang memengaruhi wilayah pesisir Patuakhali dan Bangladesh Tenggara, berdampak pada puluhan ribu warga, merusak ribuan tambak ikan dan lahan pertanian, serta memperparah kondisi kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar. Di Amerika Serikat, banjir Mid-Atlantic berdampak di Maryland hingga Washington DC dan menewaskan satu korban jiwa.

Juni: Afrika Selatan dan Indonesia Kembali Terpukul Banjir

Pada Juni 2025, Afrika Selatan mengalami salah satu banjir paling mematikan tahun ini akibat hujan deras, angin kencang, dan salju, yang menewaskan 103 orang. Bencana tersebut merusak ribuan rumah, kendaraan, sekolah, fasilitas kesehatan, hingga transportasi umum, memperparah krisis kemanusiaan di sejumlah wilayah terdampak.

Di Indonesia, banjir kembali meluas di berbagai daerah. Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, sekitar 8.800 jiwa terdampak dengan 2.200 rumah terendam. Di Kabupaten Pohuwatu, Gorontalo, satu orang dilaporkan meninggal dunia dan satu lainnya masih dalam pencarian, sementara 340 rumah dan satu fasilitas ibadah terdampak.

Banjir juga melanda Kabupaten Karawang dengan 360 KK atau 1.230 jiwa terdampak, serta Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, yang mencatat satu korban jiwa, ribuan kepala keluarga terdampak, kerusakan lebih dari 1.200 rumah, puluhan fasilitas umum, serta 720 hektare lahan pertanian yang ikut terendam.


Juli: Amerika Serikat dan Indonesia

Pada Juli 2025, banjir besar juga melanda Amerika Serikat, khususnya North Carolina, akibat Tropical Depression Chantal. Banjir menyebabkan sekitar 120 ruas jalan ditutup, meski sebagian jalan utama mulai dibuka kembali.

Seorang perempuan berusia 83 tahun di Pittsboro dilaporkan meninggal dunia setelah mobilnya terseret arus banjir di Chatham County. Akibatnya, operasi penyelamatan besar-besaran dilakukan oleh para pemadam kebakaran. Sedikitnya 60 orang terpaksa mengungsi akibat banjir yang menggenangi kawasan permukiman dan apartemen.

Banjir DonggalaFoto: BNPB
Banjir Donggala

Di Indonesia, banjir meluas di sejumlah wilayah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Banjir melanda Desa Kola-Kola dan wilayah Donggala, merendam pemukiman warga dan lahan pertanian, menyebabkan sembilan hektare sawah gagal panen, serta merusak jembatan penghubung antar wilayah desa.

Di Kabupaten Buton Utara, banjir berdampak pada 620 KK atau 3.073 jiwa, dengan ratusan rumah dan infrastruktur terdampak. Sementara itu, banjir di Kabupaten Kolaka Timur merendam 87 hektare lahan persawahan, dan di Kabupaten Muna Barat menyebabkan 49 KK terdampak, lima keluarga mengungsi, serta puluhan rumah mengalami kerusakan.

Agustus: Banjir Monsun Melumpuhkan Asia Selatan dan Tenggara

Pada Agustus 2025, banjir besar akibat monsun melanda kawasan Asia Selatan, dengan dampak paling parah terjadi di Punjab, India, pada 20 Agustus 2025. Hujan monsun lebat yang disertai cloud burst serta tekanan pada bendungan air menyebabkan sedikitnya lebih dari 55 orang meninggal dunia.

Bencana ini merendam lebih dari 1.400 desa dan lahan pertanian, berdampak pada sekitar 3,54 juta penduduk, dengan 20.000 orang berhasil dievakuasi. Kerusakan luas pada sektor pertanian menjadi pukulan bagi warga setempat yang kebanyakan mata pencahariannya bersumber dari pertanian.

Air mengalir ke Sungai Tawi yang meluap setelah hujan lebat di Jammu, Kashmir India, 26 Agustus 2025. (REUTERS/Mukesh Gupta)Foto: Air mengalir ke Sungai Tawi yang meluap setelah hujan lebat di Jammu, Kashmir India, 26 Agustus 2025. (REUTERS/Mukesh Gupta)
Air mengalir ke Sungai Tawi yang meluap setelah hujan lebat di Jammu, Kashmir India, 26 Agustus 2025. (REUTERS/Mukesh Gupta)

Dampak banjir juga meluas ke Punjab, Pakistan, yang mengalami evakuasi massal dengan hampir 250.000 orang mengungsi dan lebih dari 1 juta warga terdampak, sementara sedikitnya 15 orang tewas di distrik Gujranwala dan wilayah sekitarnya.

Di Asia Tenggara, banjir melanda Quezon City dan Marikina, Filipina, akibat kombinasi monsun barat daya dan sistem tekanan rendah.

Tim Urban Search and Rescue (USAR) dikerahkan untuk melakukan evakuasi air, menyelamatkan kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan penyandang disabilitas dari kawasan permukiman dataran rendah yang terendam banjir.

September - Oktober: Banjir Bandang Mematikan di Indonesia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin

Pada September, Indonesia kembali dilanda bencana banjir bandang dan longsor, kali ini terjadi di Provinsi Bali. Sebanyak 14 orang meninggal dunia, sementara dua warga masih dalam pencarian. Rincian korban jiwa mencakup delapan orang di Kota Denpasar, dua orang di Kabupaten Jembrana, tiga orang di Kabupaten Gianyar, dan satu orang di Kabupaten Badung. Bencana ini dipicu oleh hujan deras yang menyebabkan banjir bandang sekaligus longsor di sejumlah wilayah.

Memasuki Oktober, banjir dahsyat melanda Vietnam dan Meksiko akibat rangkaian siklon tropis. Di Vietnam Tengah, hujan ekstrem akibat siklon Fengshen, Kalmaegi, dan sistem tekanan rendah lainnya menyebabkan sedikitnya 174 orang meninggal dan hilang, dengan kerugian mencapai US$819 juta.

Banjir Vietnam. (VTV via Reuters)Foto: Banjir Vietnam. (VTV via Reuters)
Banjir Vietnam. (VTV via Reuters)

November- Desember: Duka Indonesia

Vietnam Utara mengalami banjir lanjutan sejak akhir September hingga pertengahan Oktober akibat siklon Ragasa, Bualoi, dan Matmo, menewaskan atau menghilangkan lebih dari 85 orang serta menimbulkan kerugian sekitar US$1,73 miliar.

Di Meksiko, banjir dan longsor yang dipicu sisa Badai Priscilla dan Badai Tropis Raymond melanda lebih dari 150 kota dan kabupaten, menewaskan 76 orang, membuat lebih dari 75 orang hilang, serta merusak ratusan ribu rumah, fasilitas kesehatan, sekolah, dan ribuan kilometer jaringan jalan.

Pada November 2025, Indonesia menghadapi salah satu bencana banjir dan longsor paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir. Bencana yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat berdampak pada tiga provinsi dan 52 kabupaten/kota, merusak lebih dari 158.000 rumah dan memaksa sekitar 900.000 orang mengungsi.

Jumlah korban akibat banjir dan longsor tersebut mencapai 1.135 orang meninggal dunia. Kerusakan infrastruktur mencakup 158.000 rumah, 1.200 fasilitas umum, 219 fasilitas kesehatan, 581 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung perkantoran, serta 145 jembatan.

Pada bulan yang sama, Sri Lanka juga dilanda krisis nasional akibat Siklon Ditwah, yang menewaskan 410 orang, menyebabkan 336 orang hilang, serta berdampak pada lebih dari 1,4 juta penduduk di seluruh 25 distrik negara tersebut.

Sri Lanka menetapkan status darurat nasional pada Sabtu (29/11), setelah banjir bandang dan longsor yang dipicu Siklon Ditwah. (REUTERS/ Thilina Kaluthotage)Foto: Sri Lanka menetapkan status darurat nasional pada Sabtu (29/11), setelah banjir bandang dan longsor yang dipicu Siklon Ditwah. (REUTERS/ Thilina Kaluthotage)
Sri Lanka menetapkan status darurat nasional pada Sabtu (29/11), setelah banjir bandang dan longsor yang dipicu Siklon Ditwah. (REUTERS/ Thilina Kaluthotage)

 Pada bulan terakhir 2025, banjir masih menelan korban jiwa di berbagai belahan dunia. Di kota pesisir Safi, Maroko, banjir bandang mendadak menewaskan 37 orang setelah hujan ekstrem selama satu jam mengubah jalanan menjadi aliran lumpur deras yang menghanyutkan kendaraan dan merusak puluhan rumah serta toko. Sedikitnya 14 orang dirawat di rumah sakit, dengan dua di antaranya dalam kondisi kritis, sementara aktivitas sekolah dihentikan akibat lumpur dan puing yang menutup akses jalan.

Di Bolivia, banjir akibat meluapnya sungai besar di wilayah timur negara tersebut menewaskan setidaknya 20 orang, dengan puluhan lainnya dilaporkan hilang, serta menghancurkan sumber penghidupan warga, termasuk ternak dan lahan pertanian.

Di Indonesia, banjir pada Desember 2025 melanda Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, yang berdampak pada 17 desa di empat kecamatan. Sedikitnya 882 kepala keluarga atau 2.835 jiwa terdampak, dengan sejumlah fasilitas publik seperti dua kantor desa, satu pasar, dan tujuh akses jalan ikut terendam.

Di Dubai, hujan lebat yang jarang terjadi memicu genangan luas di jalan utama hingga kawasan permukiman. Kota gurun yang identik dengan panas ekstrem itu mendadak lumpuh. Bandara hingga akses logistik sempat terganggu, menyoroti lemahnya sistem drainase dalam menghadapi hujan intensitas tinggi yang berlangsung berjam-jam.

Pemandangan udara menunjukkan area yang rusak akibat banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, Minggu (30/11/2025). (REUTERS/Willy Kurniawan)Foto: Pemandangan udara menunjukkan area yang rusak akibat banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, Minggu (30/11/2025). (REUTERS/Willy Kurniawan)
Pemandangan udara menunjukkan area yang rusak akibat banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, Minggu (30/11/2025). (REUTERS/Willy Kurniawan)

Sementara itu di Amerika Serikat, banjir Desember datang dalam paket badai musim dingin. California kembali dihantam fenomena atmospheric river yang membawa hujan deras, memicu banjir bandang dan longsor. Di Pantai Timur, termasuk New York dan New Jersey, hujan lebat yang berpadu dengan suhu dingin membuat sungai meluap dan transportasi publik terganggu.

Fenomena ini bukan kasus terisolasi. Dari Eropa hingga Asia, banjir akhir tahun makin sering terjadi di luar pola historis. Risikonya bukan hanya lingkungan, tetapi juga ekonomi-mulai dari gangguan rantai pasok, pembengkakan biaya infrastruktur, hingga tekanan pada asuransi dan fiskal daerah.

(mae/mae)

Read Entire Article
Photo View |