Banjir Kapal Baru: 6 Emiten Serbu Pasar dengan Akuisisi Armada

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa perusahaan di industri logistik pelayaran terpantau melakukan aksi pembelian atau akuisisi kapal baru tahun ini. Ramainya akusisi kapal baru mendorong harga saham-sahamnya melesat signifikan.

Industri pelayaran Indonesia tengah mengalami pergeseran fokus menuju modernisasi armada dan dekarbonisasi logistik maritim. Para investor pun semakin tertarik, karena ekspansi armada baru dinilai mampu meningkatkan efisiensi jangka panjang sekaligus margin keuntungan perusahaan.

Sejumlah konglomerasi besar, seperti milik Tommy Soeharto melalui PT GTS Internasional Tbk (GTSI) dan PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI), serta Harita Group tampak agresif memperluas kendali atas rantai pasok energi dan logistik nasional.

Sementara itu, PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk CDIA mulai menapaki segmen bernilai tinggi seperti offshore energy support dan chemical logistics, mencerminkan arah diversifikasi model bisnis di sektor pelayaran Indonesia yang kian strategis dan berorientasi masa depan.

Beberapa perusahaan terutama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) membeli kapal supaya mengendalikan lebih baik rantai logistik mereka, bukan hanya mengandalkan sewa atau chater pihak ketiga.

Penambahan kapal juga berarti meningkatkan kapasitas atau mengganti kapal lama, sehingga bisa melayani lebih banyak rute atau menyesuaikan dengan perubahan permintaan atau pola perdagangan.

Menambah kapal, baik melalui pembelian atau akuisisi, juga bisa menjadi bagian dari strategi memperkuat posisi di pasar, baik dari segi kapasitas, layanan, maupun skala ekonomi.

Di lingkungan dengan persaingan ketat, pemain besar yang punya armada unggul bisa mendapatkan keunggulan biaya atau layanan, turn-around lebih cepat, keandalan lebih tinggi.

CNBC Indonesia Research telah mencatat enam emiten yang melakukan aksi pembelian atau akuisisi kapal baru.

1. GTSI

Emiten transportasi LNG milik konglomerat Tommy Soeharto, PT GTS Internasional Tbk (GTSI) menyiapkan investasi hingga US$508 juta alias sekitar Rp7,5 triliun sampai 2026.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (17/10/2025), anggaran jumbo itu untuk mempercepat ekspansi armada dan layanan rantai pasok gas. Langkah itu, sejalan dengan dorongan pemerintah terhadap energi lebih bersih, peningkatan kebutuhan infrastruktur LNG domestik, dan regional.

Di luar penambahan armada, GTSI mematok penyelesaian proyek regasifikasi US$175 juta yang diproyeksi akan beroperasi pada Juni 2026. Fasilitas itu, diposisikan sebagai penghubung penting antara pasokan LNG dan pengguna akhir. Dengan begitu, meningkatkan keandalan distribusi sekaligus menekan biaya logistik energi.

Sebagai bagian dari peta jalan ekspansi, GTSI menjadwalkan kedatangan satu kapal LNG baru pada akhir bulan ini. Berdasar informasi yang dihimpun, unit tersebut sebelumnya dimiliki oleh GAS-Seventeen Ltd dan pernah dikenal dengan nama Methane Jane Elizabeth, salah satu kapal LNG berkapasitas besar pada pasar global.

GAS-Seventeen Ltd., perusahaan berbasis di Bermuda yang merupakan bagian dari kelompok usaha GasLog Partners LP, salah satu pemain besar transportasi LNG global.

Kapal buatan tahun 2006 tersebut memiliki kapasitas tangki 145.000 meter kubik, tonase kotor 95.753, dan tonase bersih 28.726.

Nilai estimasi transaksi pembelian kapal itu, diperkirakan mencapai Rp1,2 triliun. Kapal baru itu, melengkapi rencana GTSI yang menargetkan penambahan satu kapal pada 2025, dan dua kapal tambahan pada 2026 untuk menangkap lonjakan permintaan jasa transportasi LNG di pasar dalam negeri maupun kawasan. Hingga saat ini, GTSI telah memiliki beberapa kapal, salah satunya Ekaputra 1, dengan kapasitas tangki LNG terbesar Indonesia.

Ini bukan sekadar menambah kapal, tetapi langkah taktis perseroan untuk menangkap peluang bisnis baru sektor LNG domestik, dan regional. Permintaan energi bersih sendiri terus meningkat, dan GTSI ingin memperkuat positioning-nya di rantai pasok energi bersih Asia Tenggara.

2.CBRE

PT Cakra Buana Resources Energi Tbk. (CBRE) melakukan pembelian satu unit kapal untuk pekerjaan di tengah laut (offshore) senilai Rp1,63 triliun (US$100 juta). Jenis kapal yang akan dibeli yakni pipe-laying and lifting vessel.

Secara umum jenis kapal pipe-laying berfungsi untuk memasang pipa di dasar laut. Kapal ini dilengkapi sistem khusus seperti stinger atau reel untuk menurunkan pipa ke laut secara bertahap tanpa merusaknya. Sedangkan layanan lifting fungsinya mirip kapal crane besar, tetapi dirancang untuk stabil di laut terbuka.

Pembelian kapal ini merupakan ekspansi dan diversifikasi armada. Transaksi ini tertuang dalam Perjanjian Pengikatan Jual Beli Armada Kapal (Conditional Memorandum of Agreement), dan masih menunggu persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kapal tersebut diharapkan memperluas segmen usaha CBRE yang sebelumnya didominasi armada bulk carrier, menuju layanan pendukung konstruksi lepas pantai (offshore), termasuk untuk industri pengeboran minyak dan gas, serta pembangunan offshore wind farm. Diversifikasi ini dinilai akan meningkatkan ketahanan operasional, membuka pasar baru, dan menambah potensi sumber pendapatan.

Kabar terbaru, kini CBRE tengah menjajaki peluang pertumbuhan anorganik melalui akuisisi salah satu perusahaan penyedia jasa layanan offshore.

Langkah ini menyusul keberhasilan CBRE dalam mengakuisisi kapal pipe-laying dan lifting vessel milik Hilong Shipping Holding Ltd.

3.HUMI

Lagi-lagi emiten pelayaran milik Tommy Soeharto, pada Agustus lalu, PT Humpuss Maritim Internasional Tbk (HUMI) melalui anak usahanya, PT Humpuss Transportasi Curah (HTC), resmi memulai pembangunan dua unit kapal Self Propelled Hopper Barge (SPHB).

Proyek ini ditandai dengan peletakan lunas (keel laying) di galangan PT Cipta Bahari Shipyard, Tegal, pada Kamis (21/8/2025).

Dua kapal SPHB tersebut ditargetkan selesai dalam delapan bulan ke depan. Kapal memiliki spesifikasi teknis berupa draft dangkal 2,3 meter dengan kapasitas muatan hingga 700 meter kubik, mesin 2x450 HP yang efisien, serta sistem pendorong mandiri (self-propeller) yang mampu melaju 5-6 knot saat muatan penuh.

Pembangunan kapal baru ini merupakan strategi perseroan dalam memperkuat kinerja operasional sekaligus mendukung pertumbuhan bisnis di sektor transportasi laut nasional.

Pembangunan dua kapal SPHB ini bukan hanya menambah kekuatan armada, tetapi juga mempertegas posisi HUMI sebagai perusahaan maritim nasional yang adaptif terhadap kebutuhan industri.

Selain itu, pada bulan lalu, HUMI menyampaikan Laporan Informasi atau Fakta Material sehubungan Pembelian Kapal oleh anak usaha Perseroan yakni PT Humpuss Transportasi Curah (HTC) untuk penambahan aset.

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, Kamis (04/9/2025) berisi, jenis aset adalah 1 unit kapal tug boat. Dengan nilai perolehan atas 1 unit Kapal adalah sebesar Rp11 miliar.

Sumber dana untuk pembelian kapal tersebut berasal dari keuangan internal. Sosok penjual kapal tersebut adalah PT Bintang Samudera Mandiri Lines Tbk (BSML).

4.TIRT

Salah satu emiten Harita Group, PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT), yang bergerak di industri penjualan kayu lapis kini melakukan transformasi bisnis ke jasa angkutan laut dengan berencana membeli 20 unit kapal senilai Rp162 miliar.

Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, dikutip Rabu (24/9/2025), TIRT telah menghentikan aktivitas produksi dan penjualan kayu lapis sejak pandemi Covid-19 pada 2020, karena tidak memberikan prospek usaha yang menjanjikan.

Kini perseroan bertransformasi ke bisnis angkutan laut karena dinilai lebih menjanjikan dan dapat memberikan nilai tambah jangka panjang bagi Perseroan.

Dalam memulai transformasinya, TIRT berencana melakukan pembelian 20 unit kapal tunda (tugboat) dan kapal tongkang (barge) dari pihak yang terafiliasi dengan Perseroan yaitu PT Lima Srikandi Jaya (LSJ), PT Mitra Kemakmuran Line (MKL) dan PT Antar Sarana Rekasa (ASR).

Nilai untuk 20 unit kapal tersebut per 11 Agustus 2025 adalah Rp162,09 miliar. Perinciannya, 11 unit kapal milik LSJ senilai Rp86,3 miliar, tiga unit kapal milik MKL seharga Rp39,76 miliar, dan enam unit kapal milik ASR sebesar Rp 36,02 miliar.

Harga tersebut belum termasuk PPN dan pajak-pajak yang menjadi kewajiban masing-masing pihak, serta biaya-biaya lainnya yang timbul berkenaan dengan pengalihan hak atas kapal.

Sementara itu, sumber pendanaan TIRT untuk pembelian kapal dan pemenuhan kebutuhan modal kerja untuk pengoperasian bisnis angkutan laut berasal dari fasilitas pinjaman pemegang saham.

Sebelumnya, perseroan telah memiliki fasilitas pinjaman pemegang saham dari PT Harita Jayaraya (HJR) yang menjadi pemegang saham perseroan. TIRT berencana menerima pinjaman dari HJR sebesar Rp200 miliar. Dana Rp180 miliar digunakan untuk pembelian beberapa aset kapal dan Rp20 miliar sisanya untuk keperluan modal kerja bisnis angkutan laut.

Dampak keuangan dari transaksi tersebut, TIRT akan memperoleh nilai tambah berupa peningkatan pendapatan, laba dan profitabilitas yang akan menguntungkan Perseroan sejalan dengan kepentingan pemegang saham.

Dengan perubahan kegiatan usaha, Perseroan berpotensi memperoleh sumber pendapatan dan laba dari bisnis angkutan laut yang akan menguntungkan Perseroan dan shareholder.

5.PSAT

Pada Juli lalu, PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) menyampaikan Laporan Informasi atau Fakta Material sehubungan Transaksi jual beli 4 (empat) buah kapal milik Perseroan, yaitu berupa 2 (dua) set kapal jenis tug boat dan 2 (dua) set kapal jenis tongkang kepada PT Global Marindo Perkasa (GMP) (selanjutnya disebut sebagai Transaksi).

Dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (23/7/2025), transaksi telah dilaksanakan berdasarkan rincian sebagai berikut:

1) Akta Jual Beli Kapal No. 74 tanggal 21 Juli 2025 antara Perseroan dan GMP atas Kapal BG Kaltim FT 36-07 jenis Barge berdasakan Grosse Akta No. 8617 tanggal 31 Januari 2019, dengan harga sebesar Rp. 6.850.000.000,- (enam miliar delapan ratus lima puluh juta Rupiah).

2) Akta Jual Beli Kapal No. 75 tanggal 21 Juli 2025 antara Perseroan dan GMP atas Kapal BG Kaltim FT 36-09 jenis Barge berdasarkan Grosse Akta No. 8607 tanggal 29 Januari 2019, dengan harga sebesar Rp. 6.900.000.000,- (enam miliar sembilan ratus juta Rupiah).

3) Akta Jual Beli Kapal No. 76 tanggal 21 Juli 2025 antara Perseroan dan GMP atas Kapal TB Kaltim Dolphin 10-17 jenis Tug Boat berdasarkan Grosse Akta No. 8624 tanggal 31 Januari 2019, dengan harga sebesar Rp. 4.150.000.000,- (empat miliar seratus lima puluh juta Rupiah).

4) Akta Jual Beli Kapal No. 77 tanggal 21 Juli 2025 antara Perseroan dan GMP atas Kapal TB Kaltim Dolphin 10-19 jenis Tug Boat berdasarkan Grosse Akta No. 8622 tanggal 31 Januari 2019, dengan harga sebesar Rp. 4.100.000.000,- (empat miliar seratus juta Rupiah).

Transaksi ini dilakukan untuk tujuan regenerasi kapal-kapal yang berusia di atas 20 tahun, dimana regenerasi ini diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap pengurangan biaya perawatan.

6.CDIA

Untuk memperkuat kapabilitas bisnis logistik, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) atau CDI Group melakukan pembelian dua kapal chemical vessel berkapasitas 9.000 DWT.

Saat ini dua kapal tersebut sedang dalam tahap pembuatan di Jepang, dirancang khusus mendukung pengangkutan bahan kimia di jalur pelayaran domestik dan internasional. Dua kapal baru CDI Group akan berbendera Indonesia untuk mendukung jalur distribusi dalam negeri dan juga berbendera internasional guna melayani rute lintas negara.

Kapal tersebut dirancang untuk mengoptimalkan efisiensi operasional sekaligus memastikan kepatuhan terhadap regulasi maritim yang berlaku baik di perairan domestik maupun internasional.

Kepemilikan dua kapal baru ini akan meningkatkan fleksibilitas dan kapasitas layanan logistik CDI Group, baik untuk pasar domestik maupun internasional.

Penambahan dua kapal chemical vessel ini akan memperkuat CDI Group dalam membangun rantai pasok bahan kimia yang andal dan berkelanjutan.

Dalam proses pembuatan dua kapal baru ini, CDI Group bermitra dengan penyedia teknologi terkemuka guna memastikan efisiensi armada dan emisi rendah dari operasional kapal. Kedua kapal dijadwalkan mulai beroperasi pada Semester I 2026, setelah seluruh proses konstruksi dan pengujian selesai dilakukan sesuai standar.

CDI Group berkomitmen untuk menerapkan standar tertinggi dalam aspek keselamatan, keandalan, dan efisiensi operasional guna memastikan armada kapal dapat beroperasi secara optimal dalam berbagai kondisi pelayaran.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Photo View |