Angin Damai dari Gaza, Kabar Baik AS-China, Saatnya IHSG dan Rupiah Jaya

4 hours ago 2
  • Pasar keuangan Indonesia ambruk pada perdagangan kemarin, IHSG dan rupiah melemah
  • Wall Street bangkit dari keterpurukan
  • Perdamaian di Timur Tengah dan data ekonomi China diharapkan bisa menggerakkan pasar hari ini

akarta, CNBC Indonesia- Aksi ambil untung melanda pasar keuangan domestik pada awal pekan ini. Setelah reli singkat pada akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi seiring meningkatnya kehati-hatian investor global terhadap risiko geopolitik dan arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS). Di pasar valuta asing, rupiah pun terpantau melemah tipis, meski tekanan dari dolar AS mulai mereda.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bangkit pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (13/10/2025) ditutup melemah 0,37% ke posisi 8.011,28, setelah sempat bergerak di kisaran 8.004-8.065.

Koreksi ini terjadi setelah dua hari sebelumnya indeks sempat mencetak rekor tertinggi baru. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp27,4 triliun dengan volume perdagangan 42,7 miliar saham. Dari total 888 emiten yang diperdagangkan, sebanyak 438 saham melemah, 240 menguat, dan 126 stagnan.

Kendati demikian, asing mencatat net buy sebesar Rp 2,29 triliun di semua market kendati terjadi net sell di pasar reguler.

Sektor perbankan dan batu bara menjadi penekan utama laju indeks, seiring koreksi tajam saham-saham berkapitalisasi besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Alam, dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).

Investor asing juga mencatatkan aksi jual bersih (net sell) lebih dari Rp600 miliar di seluruh pasar, menandai kembalinya arus keluar modal asing setelah sempat masuk di akhir pekan lalu.

Sementara itu, sektor konsumer dan properti masih mencatatkan penguatan tipis, didorong oleh ekspektasi permintaan domestik yang tetap solid menjelang akhir tahun.

Dari sisi eksternal, tekanan terhadap IHSG tidak lepas dari penguatan kembali indeks dolar AS serta turunnya bursa global akibat efek "Trump tariff shock" terhadap China. Pasar masih menimbang implikasi pernyataan Trump yang berpotensi memperpanjang ketegangan dagang.

Indeks acuan di Wall Street sempat ditutup melemah, sedangkan bursa Asia, termasuk Jepang dan Korea Selatan, juga bergerak negatif pada sesi perdagangan kemarin.

Sementara di pasar valuta asing, rupiah ditutup melemah tipis 0,06% di level Rp16.555 per dolar AS, menurut data Refinitiv. Meskipun masih berada di level lemah, tekanan terhadap rupiah mulai mereda setelah sebelumnya sempat menyentuh Rp16.670. Penguatan terbatas dolar AS di pasar global turut menahan pelemahan rupiah.

Indeks dolar (DXY) pada Senin sore tercatat menguat 0,08% ke level 97,47, menunjukkan permintaan atas aset greenback yang masih tinggi menjelang rilis data inflasi AS.

Bank Indonesia (BI) terus menegaskan komitmennya menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi di pasar valas dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

Meski tekanan masih ada, Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan optimisme bahwa rupiah akan kembali stabil dalam jangka menengah, didukung cadangan devisa yang kuat serta aliran investasi langsung (FDI) yang tetap positif.

Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil merosot tajam ke 6,11%, Posisi ini adalah yang terendah sejak September 2021 atau empat tahun terakhir. Imbal hasil yang melandai menandai harga SBN tengah menguat karena diburu investor.

Pages

Read Entire Article
Photo View |