10 Beras Premium Termahal Dunia, Harganya Jutaan Rupiah

14 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Di Jepang, sebutir beras bisa menjadi simbol kemewahan. Kinmemai Premium, misalnya, dijual hingga Rp1,79 juta per kilogram. Beras ini tidak sekadar bahan pangan, melainkan hasil seleksi lima varietas terbaik, diolah dengan teknologi penggilingan canggih, lalu diproses pematangan selama enam bulan sebelum dipasarkan.

Fenomena serupa terjadi di India, di mana Thooyamalli Organik dihargai Rp1,05 juta/kg karena teksturnya yang halus dan aroma khas yang cocok untuk nasi briyani. Bahkan ada Mappillai Samba, beras merah rendah gula yang wajib hadir di pernikahan tradisional Tamil Nadu. Tak ketinggalan Pinipig Filipina, beras panggang renyah dengan aroma khas yang jadi bahan dasar dessert mewah.

Berbeda di dalam negeri, Indonesia justru dihebohkan dengan kasus beras oplosan, di mana beras curah biasa dikemas ulang dan dijual seolah premium. Kontras ini menegaskan bahwa label premium tak selalu menjamin mutu, apalagi tanpa pengawasan ketat.

Beras-beras ini menunjukkan bahwa premium adalah soal kualitas, proses, dan keaslian, bukan sekadar kemasan mewah. Kinmemai, misalnya, dijaga ketat mulai dari varietas benih, kondisi lahan, hingga metode penggilingan yang hanya bisa dilakukan segelintir produsen di Jepang.

India bahkan memiliki beberapa varian organik mahal sekaligus Thooyamalli, Mappillai Samba, hingga Rajamudi yang menggabungkan nilai historis, nutrisi tinggi, dan rasa unik. Sementara Calasparra Spanyol menjaga kualitasnya lewat sertifikasi geografis, sehingga menjadi beras wajib untuk paella autentik.

Berbeda dengan pasar global yang menghargai keaslian, Indonesia justru menemukan anomali: beras curah dijual dengan label premium, tanpa proses seleksi maupun standar mutu. Temuan Kementan menunjukkan 85% sampel tak sesuai standar, merugikan konsumen sekaligus menjatuhkan harga petani.

Padahal, jika Indonesia mampu meningkatkan standar dan sertifikasi mutu, bukan tak mungkin beras Nusantara juga bisa menembus pasar premium global seperti Jepang atau India. Kasus oplosan ini seharusnya menjadi momentum perbaikan rantai distribusi dan pengawasan kualitas.

Dunia rela membayar mahal untuk beras yang benar-benar premium, mulai dari Rp400 ribu hingga Rp1,8 juta/kg. Mereka membayar keaslian rasa, tradisi, dan teknologi produksi. Sebaliknya, di Indonesia, label premium justru dijadikan celah untuk manipulasi harga.

Kasus beras oplosan ini jadi tamparan keras bagi pasar domestik. Jika dunia bisa menjaga standar premium sebagai simbol kualitas, Indonesia harus membenahi rantai distribusi agar label premium bukan sekadar tulisan di kemasan.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Photo View |