Harga Perak Masih Menguat Sepekan Ditengah Tekanan The Fed

17 hours ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia — Harga perak harus berakhir di zona merah pada akhir pekan ini, akan tetapi dalam sepekan harga perak masih mencatatkan kenaikan dalam sepekan. Harga perak turun pada perdagangan Jumat akibat ketidakpastian pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).

Pada perdagangan Jumat (31/10/2025), harga perak di pasar spot (XAG) melemah 0,52% di level US$48,65 per troy ons. Namun, dalam sepekan ini, harga perak masih mencatatkan kenaikan 0,12%.

Harga perak turun pada perdagangan Jumat, terbebani oleh ketidakpastian pemangkasan suku bunga The Fed AS tahun ini, tetapi harga perak tersebut tetap siap untuk mencatatkan kenaikan bulanan ketiga berturut-turut.

Sementara itu, harga perak juga terbebani oleh kenaikan indeks dolar AS.

Pada perdagangan Jumat (31/10/2025), indeks dolar AS (DXY) menguat 0,28% di level 99,80. Indeks dolar (DXY) bertahan di dekat level tertinggi tiga bulan, membuat perak yang memakai dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Presiden The Federal Reserve Bank of Cleveland, Beth Hammack, mengatakan pada hari Jumat bahwa ia menentang pemangkasan suku bunga bank sentral minggu ini, menambahkan bahwa The Fed perlu mempertahankan beberapa pembatasan untuk menurunkan inflasi.

"Hammack sedang gencar mengobarkan semangat emas karena ia menjadi Presiden The Fed regional ketiga yang secara terbuka menentang penurunan suku bunga lebih lanjut pada tahap ini mengingat inflasi yang tinggi. Hammack akan menjadi pemilih FOMC pada tahun 2026 dan menunjukkan pasar terlalu optimis dalam memperkirakan suku bunga yang lebih rendah," ujar Tai Wong, seorang pedagang logam independen.

The Fed memangkas suku bunga pada hari Rabu, tetapi pernyataan hawkish dari Ketua Jerome Powell menunjukkan pasar sekarang memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 63% pada bulan Desember, turun dari lebih dari 90% di awal pekan, menurut alat CME FedWatch.

Perak kehilangan daya tariknya ketika suku bunga lebih tinggi, karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Kamis bahwa ia akan memangkas tarif terhadap China dari 57% menjadi 47% sebagai imbalan atas tindakan Beijing yang tegas terhadap perdagangan fentanil ilegal, melanjutkan pembelian kedelai AS, dan menjaga kelancaran ekspor logam tanah jarang.

Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Photo View |