Era Baru Gaming Dimulai: AI Akan Kuasai Industri Bernilai Rp3.000 T

6 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia — Dunia gaming bersiap memasuki babak baru. Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) diyakini akan mengubah total cara gim dibuat, dimainkan, hingga dipasarkan. Keyakinan ini datang dari Min-Liang Tan, CEO sekaligus pendiri perusahaan teknologi gim asal Singapura, Razer.

"Bagi kami di Razer, kami melihat bahwa kecerdasan buatan (AI) akan benar-benar mengubah segalanya, atau sepenuhnya mengguncang dunia gim," ujar Tan dalam wawancara dengan CNBC International di sela acara SWITCH Conference, Singapura, dikutip Minggu (2/10/2025).

Menurut Tan, dampak AI terhadap industri gim tidak bisa diremehkan. Mulai dari pengembang yang menggunakan AI untuk menciptakan konten, hingga penerbit yang mendistribusikan dan memasarkan gim baru dengan bantuan AI. Bahkan, cara pemain bermain pun akan ikut berubah.

Industri gim global saat ini memiliki 3,6 miliar pemain di seluruh dunia, dengan nilai pendapatan tahunan mencapai US$189 miliar atau sekitar Rp3.000 triliun. Angka itu membuat gaming menjadi salah satu sektor hiburan terbesar di dunia.

Tan menyebut, potensi AI di industri ini sangat besar. Salah satu inovasi Razer adalah Game Co-AI, alat berbasis computer vision yang mampu "melihat" cara gamer bermain dan memberi saran otomatis untuk menyelesaikan misi atau mengalahkan musuh.

"Game Co-AI akan menggunakan data publik dan analisis gaya bermain untuk membantu gamer jadi lebih baik," kata Tan. Versi beta teknologi ini dijadwalkan meluncur akhir 2025.

Selain membantu pemain, Razer juga mengembangkan AI QA Companion, sistem yang mampu mendeteksi dan mencatat bug secara otomatis, bahkan nantinya bisa memberikan saran perbaikan bug.

Selama ini, tahap quality assurance (QA) menjadi salah satu proses paling mahal dan memakan waktu dalam pengembangan gim - sekitar 20-30% dari total biaya dan durasi produksi. "Dengan AI, tester manusia akan jadi lebih efektif dan produktif," tutur Tan.

Teknologi AI juga mulai dimanfaatkan di dunia esports. Tan mengatakan, meski AI tak akan dipakai saat pertandingan berlangsung, penggunaan AI untuk melatih atlet esports masa depan menjadi peluang besar. "Ada banyak antusiasme di sini. Peluangnya tidak terbatas," tambahnya.

Adapun beberapa pelaku industri masih skeptis terhadap potensi AI menggantikan peran manusia. Strauss Zelnick, CEO Take-Two Interactive (penerbit gim Grand Theft Auto), misalnya, menyebut AI tak akan bisa menandingi kreativitas pengembang manusia.

Namun, Tan punya pandangan berbeda. Ia memprediksi satu atau dua gim besar yang sepenuhnya dibuat dengan bantuan AI akan muncul dalam setahun ke depan.

"AI bukan ancaman bagi pekerjaan manusia. Sebaliknya, AI akan menghapus tugas-tugas membosankan dan membuat kreator lebih fokus pada hal yang penting: kreativitas," ujarnya.

Tan menilai, pengaruh AI di dunia gim bisa jauh melampaui industri hiburan. Menurutnya, seperti halnya banyak inovasi teknologi masa lalu yang berawal dari dunia gaming, AI di sektor ini juga akan melahirkan industri baru di masa depan.

"Banyak hal besar di dunia teknologi lahir dari gaming. Saya percaya hal yang sama akan terjadi untuk AI," kata Tan.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Pemerintah Susun Peta Jalan AI, Potensi Lokal Bakal Terangkat

Read Entire Article
Photo View |